Semua orang itu pada dasarnya baik. Entah yang pernah berbuat jahat, merasa berbuat jahat, atau melakukan kejahatan yang fatal sekalipun. Entah bagaimana, sejahat-jahatnya orang bertindak kejahatan sekalipun pasti ada sisi baiknya. Mungkin, karena tuhan lebih memilih agar sifat baik dari si orang yang di cap 'jahat' itu tidak untuk diperlihatkan, cukup untuk hanya tuhan yang mengerti sebenarnya.
Karena memang kita diciptakan oleh tuhan yang maha baik. Itu sudah wajar, kita menjadi baik. Walau lingkungan, dan cara pola pikir kita untuk bertahan hidup yang keliru hingga sering membuat kita menjadi tidak baik setelahnya. Bahkan sebelum kita, setan pun dahulunya juga baik, mereka dulu juga beribadah, sebelum rasa sombong dan ujub pada dirinya itu ia ciptakan, yang membuat mereka di cap sebagai 'buruk' dan dilaknat selama-lamanya oleh yang maha kuasa.
Lantas, jika kita merasa sudah berbuat baik, namun kita merasa di abaikan oleh sesuatu atau seseorang, berarti itu kita yang bodoh. Kita yang merugi, kita yang salah, kita sebenarnya yang dibodohi oleh ego sendiri. Mana ada orang berbuat baik itu merasa terabaikan.
Berbuat baik tidaklah selalu berlandaskan pada keinginan-keinginan untuk mendapat sebuah balasan, apalagi untuk sekedar mendapat pengakuan daripada seseorang tersebut. Karena kita memang harus ikhlas, kita harus merasa hampa, dan hambar dalam melakukan sesuatu hal yang sekiranya baik untuk dilakukan.
Jadi sekiranya tidak ada lagi orang yang sudah berbuat baik, namun merasa diabaikan. Itu salah, karena yang benar-benar berbuat baik tidak akan pernah merasa terabaikan, meski dicaci, meski tak dianggap, karena disitulah titik-titik keikhlasanlah yang ada.
Komentar
Posting Komentar